Berbicara tentang menjadi sosok Guru, bukanlah profesi
yang mudah. Apalagi jika mengabdi di daerah-daerah terpencil dan tertinggal.
Pasti sangat sulit menjalani hidup yang serba kekurangan. Tetapi menjadi
seorang guru tidak boleh sampai habis akal dan ide-ide dalam menjalankan
tugasnya, dimanapun seorang guru di tempatkan, ia harus siap. Saya sebagai guru
muda yang mungki belum selayaknya disebut sebagai Guru, karena masih banyak
tingkah laku dan tindakan yang belum selayaknya dijadikan contoh atau tauladan
oleh siswa, tetapi dengan semangat 45 dan keinginan yang tinggi dalam mengajar
dan membimbing anak-anak, maka saya mengikuti program SM-3T (Sarjana Mendidik
di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Saya mendapatkan tempat tugas di SMA Negeri 1 Nangapanda. Wow!
SMA? Negeri? Banyak pertanyaan dalam benak saya. Bagaimana Sekolahnya?
Bagaimana wajah guru-guru dan siswanya? Bagaimana etika mereka? Ada air dan
listrik tidak disana? Saya tinggal dimana? Ada rasa khawatir tapi penasaran di
raut wajah saya, tetapi tak sedikit tips yang diberikan para senior mampu
membuat saya siap untuk menjalani hari-hari, lagi pula tekad saya sudah bulat.
Apapun yang terjadi nanti inilah Takdir Tuhan.
Hari-hari saya memberikan bimbingan dan layanan
konseling kepada siswa memiliki tak sedikit permasalahan. Yang menjadi tranding
topic adalah BOLOS. Banyak sekali siswa di sekolah ini yang membolos, minat
mereka untuk belajar rendah, terutama siswa laki-laki dan bolos sudah menjadi
hobi kata mereka. Tetapi saya tidak habis akal. Dengan bersikap tegas, terus
mengajarkan mereka tentang kedisplinan, dan memberikan layanan konseling
individu dan kelompok membuat angka kebolosan di sekolah ini menjadi berkurang.
Banyak siswa yang jadi sering curhat masalah mereka, seperti masalah dengan
orang tua, masalah belajar hingga masalah percintaan. Ini membuat saya jadi
belajar banyak tentang kepribadian mereka dan menjadi lebih dekat dengan siswa.
Sesekali saya mengajak siswa melakukan permainan yang mendidik agar mereka
tidak jenuh dalam belajar.
Mempelajari budaya dan adat istiadat mereka merupakan pengalaman
yang juga tak terlupakan. Seru, kadang merasa takut namun menyenangkan dan
menciptakan warna baru dalam hari-hari pengabdianku. Mendapat undangan acara
“Sambut Baru” anak-anak guru di sekolah, undangan acara pernikahan dan kematian
juga sering saya hadiri. Yang paling berkesan adalah ketika saya bersama
seorang teman guru Smanda pergi ke kampung halamannya di bajawa, kami di undang
untuk mengikuti Upacara adat “REBA’A”. Yang paling unik adalah setiap acara
selalu ada jogetnya.
Keinginanku untuk jalan-jalan di flores tercapai. Flores tidak
kalah cantik dan indah dari bali. banyak bukit, gunung dan pantai sejauh mata
memandang. Pasir putih pantai koka, danau kelimutu dan 17 pulau di riung sudah
saya jajaki. Kurang puas jika hanya sekali kesana. Kalau ada rejeki nanti saya
ingin sekali kembali ke tempat ini.
Bagi sebagian orang, setahun bukanlah waktu yang
lama, setahun pengabdianku mungkin saja tak terlukis nyata perjalanannya. Tapi
bagi kami guru SM3T, setahun inilah yang menghadirkan banyak pelajaran hidup.
Setahun inilah yang mengubah hidupku. Setahun inilah yang memberi manfaat.
Setahun inilah yang mengenalkan pada banyak makna, setahun inilah yang tak
terlupakan dan setahun inilah yang membuatku mencintai negeriku. ^.^