Langkah-Langkah Bimbingan :
1. Identifikasi
Nama : I Made Dibyantara
Umur : 15 tahun
Kelas : IX
Anak Ke- : 2 dari 2 bersaudara
Agama : Hindu
Alamat : Jln. Manggis, Karangasem
Ayah : Wayan Murya
Ibu : Nengah Sadri
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Buruh
Ibu : Buruh
Penghasilan Orang Tua : ± Rp.
1.500.000
Dibya
adalah anak kedua dari dua bersaudara. Dia mempunyai seorang kakak laki-laki.
Dibya tinggal bersama kedua orang tuanya beserta saudaranya di desa Manggis.
Dirumah, dia dibesarkan dalam keluarga yang menoleransi kekerasan, setiap dia
melakukan kesalahan, dia selalu di hukum oleh ayahnya seperti di pukul, di
kunci di kamar mandi, dan lain-lain. Dari kebiasaan itu, maka ia mempelajari
bahwa kekerasan adalah suatu perilaku yang bisa diterima dalam membina suatu
hubungan atau dalam mencapai apa yang diinginkan. Dia juga sering bertengkar
dengan kakaknya yang berujung penyerangan fisik. Di sekolah dia memiliki
kelompok atau Genk dimana mereka suka membully atau menganggu siswa lainnya
seperti adik-adik kelasnya, misalnya jika ada adik kelas yang tidak mereka
sukai, mereka pasti akan menggencet, menggertak, mengejek, dan menindas anak
tersebut sehingga banyak siswa yang tidak menyukainya dan takut kepadanya.
2. Diagnosis
·
Pola Asuh Orang Tua yang kurang baik
·
Pengaruh teman sebaya
·
Pengaruh Media Sosial dimana anak
cenderung untuk meniru adegan-adegan film yang ditontonnya.
3. Prognosis
Pengaruh lingkungan
yang tidak baik atau kondusif antara Keluarga, Sekolah dan sekitarnya.
4. Terapi
·
Orang tua mendampingi atau mengontrol
anaknya di rumah seperti diajarkan kedisplinan yang benar, jelaskan bahwa
kekerasan itu perbuatan yang salah. Ajari untuk bertanggungjawab atas
kesalahannya, misalnya meminta maaf.
·
Orang tua memantau acara televisi yang
di tonton anaknya, video game yang dimainkan, aktivitas-aktivitas komputer yang
anak lakukan. Jika berbau kekerasan, diajarkan untuk mengganti secara bertahap.
·
Diajarkan untuk menciptakan kesempatan
untuk berbuat baik kepada keluarga atau teman-temannya di sekolah, misalnya
berbagi, dll.
·
Libatkan anak tersebut dalam
kegiatan-kegiatan yang lebih konstruktif, menghibur dan menggairahkannya.
·
Memberikan informasi kepada siswa untuk
melapor apabila terjadi tindak kekerasan disekolah.
·
Membuat peraturan sekolah tentang
kekerasan.
·
Datangi konselor profesional untuk ikut
membantu mangatasi masalah tersebut.
5. Follow
Up (bisa ada bisa tidak)
0 komentar:
Posting Komentar